Rabu, 15 April 2015

Kenali Gejala Hipo

Apa sih itu Hipotermia?
Hipotermia adalah ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan panas tubuh atau menyesuaikan suhu dengan  cuaca dingin. Suhu tubuh normal manusia berkisar 36.5 – 37.5 derajat celcius. Jika suhu tubuh berada di bawah 35 derajat, berarti betul terkena hipotermia. Ketika dipegang, tubuhnya tetap hangat tetapi suhu tubuhnya menurun. Oleh karena itu banyak yang menganggap sepele dengan gejala hipotermia dan mengira bahwa korban sedang meracau karena kesurupan. Padahal itu salah besar.

Gejala Hipotermia itu seperti apa?

RINGAN
- Terjadi penyempitan pembuluh darah di permukaan.
- Merinding hebat, pelan-pelan semakin sering. 

SEDANG
- Terjadi penyempitan pembuluh darah di permukaan
- Merinding hebat, pelan-pelan semakin sering.
- Mulai sulit melakukan gerakan tubuh yang rumit, seperti mencengkeram, atau memanjat, meskipun si pendaki masih bisa berjalan dan berbicara normal. 

BERAT
- Merinding makin hebat dan datang bergelombang, dan tiba-tiba berhenti. Makin lama fase berhenti merinding semakin panjang, hingga akhirnya benar-benar berhenti. Hal ini disebabkan glikogen yang dibakar di dalam otot sudah tidak mencukupi untuk melawan suhu tubuh yang terus menurun. Akibatnya, tubuh berhenti merinding untuk menjaga glukosa.
- Korban jatuh dan tak bisa berjalan/melangkah, kemudian meringkuk untuk menjaga panas tubuhnya.
- Otot mulai kaku. Ini terjadi akibat aliran darah ke permukaan berkurang dan disebabkan oleh pembentukan asam laktat dan karbondioksida di dalam otot.
- Kulit terlihat mulai pucat.
- Bola mata tampak membesar.
- Denyut nadi terasa menurun.
- Pada suhu 30 derajat Celcius, kondisi tubuh masuk ke dalam fase penghentian metabolisme. Korban tampak seperti mati, padahal sebetulnya masih hidup.
- Pada suhu internal 32 derajat Celcius, tubuh berusaha memasuki fase hibernasi, menghentikan seluruh aliran darah permukaan dan mengurangi aktivitas jantung.

(Sumber : Buku Panduan BKP Mapala UI 2012) dan tulisan senior saya "Waduh Itu Gejala Hipotermia Bukan Kesurupan"

Bagaimana cara menangani Hipotermia?

2012 kemarin ketika saya dan teman-teman melakukan pendakian ke Gunung Masurai di Jambi, salah satu teman, R, terkena Hipotermia. Penyebabnya waktu itu R lupa mengganti baju jalan dengan baju kering. Ketika melakukan pendakian, tubuh kita pastinya berkeringat dan basah. Sebaiknya langsung mengganti baju jalan dengan baju kering ketika tiba di camp.

Hari itu adalah hari ketiga pendakian. Kami tiba di camp sekitar pukul 4 sore, angin bertiup kencang dan udara cukup dingin, namun R tidak memakai jaket serta masih memakai baju jalannya. Ketika kita mengingatkan agar dia pakai jaket, R berdalih dengan mengatakan dia tidak kedinginan karena sedang memasak air, dan malah merasa kepanasan. Aneh kan.

R mulai terlihat pucat dan kami curiga dia sakit. PJ Medis perjalanan kami langsung mengambil thermometer dan mengecek R. Ternyata suhu tubuhnya 32 derajat celcius padahal tubuhnya tidak dingin. R positif terkena Hipotermia dan kami langsung melakukan langkah-langkah ini :

  • Mengganti baju R dengan yang kering
  • Membawa R ke dalam tenda dan memasukkannya ke dalam sleeping bag. (Sebenarnya lebih bagus lagi kalau dibungkus aluminium foil)
  • Kami sudah mengantisipasi akan munculnya hipotermia sehingga membawa hot pack dan plastik. Kami memasak air hangat dan memasukkannya ke dalam hot pack, botol minum dan plastik kemudian meletakkannya di leher, ketiak, bawah lutut dan ujung kaki R.
  • Selama suhu tubuhnya belum stabil, R harus diajak ngobrol terus-terusan, berinteraksi, memaksa dia untuk tetap sadar dan tidak tidur. Waktu itu R sudah kehilangan kesadaran. Apapun pertanyaan atau kata-kata yang kami lontarkan hanya dijawab dengan erangan “eeuhh…euuuhh”
  •  Sebenarnya langkah yang lebih baik adalah melakukan metode skin-to-skin atau transfer panas tubuh dengan menempelkan tubuh dalam kondisi telanjang. Tetapi, waktu itu, kami masuk ke sleeping bag bersama R tanpa membuka baju karena sudah ada bungkusan air panas di seluruh tubuhnya. Sebaiknya metode skin-to-skin ini dilakukan sesama jenis ya. *ya iyalah*
  • Ketika R sudah sedikit sadar,  kami menyendokkan teh dan coklat hangat. Disendokkan sedikit-sedikit ke dalam mulutnya. Waktu itu kami para perempuan berbagi tugas, ada yang masak air, menyiapkan minuman hangat, memeluk dan mengajak R berinteraksi agar tetap sadar.
  • Setelah beberapa jam, suhu R naik menjadi 36 derajat celcius. Kesadaran R juga sudah pulih, dia bisa berbicara dengan lancar walau sedikit terbata-bata. Lalu kami memberikan makan R, coklat dan madu rasa. Kami cek nadi dan nafasnya sudah stabil. Karena sudah malam, kami tertidur bersama R di dalam tenda.
Keesokan paginya, R sudah kembali normal. Namun karena khawatir akan terulang lagi, R diputuskan untuk diantarkan turun ke desa terdekat untuk proses pemulihan. Waktu itu adalah hari ke 3 dari rencana 12 hari perjalanan. Besar kemungkinan R terkena Hipotermia lagi di cuaca yang mungkin lebih ekstrim di 9 hari kedepannya.

Kami waktu itu tahu bahwa R sedih harus turun dan tidak bisa melanjutkan perjalanan. Tapi syukurlah dia akhirnya mengerti bahwa kami mengambil keputusan tersebut untuk keselamatan dan kebaikan dirinya. 

Bagaimana cara mencegah Hipotermia? 
  • Membawa perlengkapan pendakian yang cukup seperti yang saya tulis di sini. Jangan lupa juga untuk membungkus seluruh perlengkapan dengan trash bag agar tidak basah ketika hujan.
  • Jangan lupa untuk selalu mengganti pakaian jalan dengan pakaian kering begitu tiba di camp.
  • Dirikanlah tenda di tempat yang terlindung dari angin. Sebaiknya pakailah tenda yang terdiri dua lapis, tenda dan flysheet.
  • Jaga tubuh untuk tetap hangat dengan jaket, sarung tangan, kaus kaki, kupluk, syal dan tidur di dalam tenda memakai sleeping bag, bukan cuma sarung.
  • Makan karbohidrat yang cukup seperti nasi, roti, sereal, lalu makan daging agar dibakar menjadi energi. Kebanyakan pendaki hanya membawa Indomie untuk logistik pendakian. Dari mana energinya coba? Kalau bisa bawa stok minuman hangat yang banyak seperti teh, kopi, coklat, wedang dll.
  • Jangan pakai JEANS ke gunung. Bahan jeans itu tidak baik dan menyerap dingin. Kalau basah, juga susah dikeringkan. Nggak ada untungnya deh pakai jeans ke gunung. Lebih baik pakai celana cargo atau celana panjang berbahan selain jeans.
  • Sedia selalu rain coat ketika mendaki gunung. Jadi ketika di perjalanan terkena hujan, langsung pakai rain coat nya.
  • Dalam pendakian pasti ada ritme waktu. 30 menit -1 jam menit jalan, 10 menit isthirahat. Manfaatkan waktu isthirahat itu untuk makan snack, minum minuman hangat dan pakai jaket untuk menjaga panas tubuh.
Kita harus sadar bahwa di alam bebas, apa pun bisa terjadi. Jangan sampai karena lelah mendaki, kita jadi tidak peduli dengan diri sendiri. Selain itu kita juga harus peduli dengan teman seperjalanan kita. Ketika dia sudah terlihat tidak biasa, pucat atau mengeluh, segera cek kondisinya agar tidak terlambat ditangani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar